Real Sweet?

Tengah malam waktu yang tepat untuk Jasmine terus berkutat dengan semua pikiran sendu yang entah kapan akan berakhir, menidurkan dirinya diatas ranjang lalu memandangi kontak yang dahulu sering dihubungi seraya bergumam "sudah tidak ada lagi ya alasan untuk bertukar kabar?" Berakhir secara damai, nyatanya tidak sedamai yang dibicarakan dulu.

“Kangen, banget. Biasanya ga perlu mikir sekeras ini hanya untuk mengirim pesan kepadanya, sekarang berbeda. Aku harus punya tujuan yang jelas supaya pesanku kamu balas." Ingatnya pada satu kalimat yang sudah tidak berlaku lagi "I wanna loving u till end" akhir yang orang itu inginkan adalah berakhir. Akhir yang benar-benar akhir hingga mereka menjadi "aku dan kamu".

Terlampau 2 bulan setelah malam itu dan Jasmine masih berusaha untuk mengakui bahwa “i’m not your’s and you are not mine”. Lihat laki-laki itu mulai berjalan dan bertemu banyak orang lalu mulai terbiasa tanpa adanya Jasmine, selalu terlontar resapan kalimat 'Berbahagailah sepantasnya agar rasa sesak ku saat malam itu tidak menjadi hal yang sia-sia.'

[Jezhian is calling]

Menampar pipi satu-satunya cara meyakinkannya bahwa Jasmine belum bermimpi. Bingung, ada rasa yang begitu banyak sekarang. Ada keinginan untuk menjawabnya tapi logikanya berpendapat bahwa ada rasa yang harus dilawan agar rasa dari racunnya tidak lagi menyebar. Namun, tengah malam bukan logika yang diizinkan untuk berjalan, tetapi hati.

"Belum tidur, Jasmine?"

Suara dari seseorang yang semalaman ini dia rindukan.

Hening.

"Jasmine?"

Dia masih terpatung mendengar suara itu, beku seperti sedang dikutuk dan hanya ada sedikit air yang jatuh dari pelupuk matanya.

"Lo gapapa? Kok diem aja?"

Tanyanya sekali lagi.

"Halo, mas- eh apa ya manggilnya?"

Terdengar suara tertawa ringan diseberang sana.

"Jezhian"

Bibir yang dahulu terbiasa memanggil laki-laki itu dengan embel-embel 'mas' kini harus dibiasakan memanggil nama aslinya, berbeda dengan dahulu. Orang tersebut akan merasa kesal lalu protes seharian akibat rasa tidak sukanya saat gadis itu memanggil namanya. Tanpa ditutup-tutupi, mereka benar-benar telah usai.

"Oiya, ada apa, Jez. Kok malem-malem nelfon? Tumben banget masih bangun, biasanya jam 10 udah tidur?"

Biasanya.

"Masih inget aja"

Semua tentang Jezhian masih terekam jelas diingatkannya, bagi Jasmine sempat memilikinya adalah one of another best part of her life. She really miss you, Jezihan.

"Hehe. Jadi, kenapa telfon? Mau minta bantuan buat sama-sama kerjain tugas anaknya atasan kamu lagi?"

"Jasmine"

"Ya?"

"Jaga kesehatan, jangan keseringan begadang nanti maag nya kambuh. Inget gak waktu tengah malem lu muntah gara-gara maag? Gue khawatir, apa lagi tau hidung lu mimisan, rasanya gue mau lari ke kamar lu detik itu juga."

Oh, mereka masih ingat dengan kebiasaan lawan bicaranya.

"Hahaha tenang aj—"

"Gue kangen, Jasmine." Potongnya saat kalimat Jasmine belum selesai diucapkan dan sesaat setelah itu telfonnya terputus. "Me too, Jezhian." Lirihnya.

Hal yang seharusnya tidak diucapkan akibat dari teduhnya malam, akhirnya tersampaikan. Terukir sedikit senyuman kecil di pipinya, hatinya begitu riang ketika tahu bahwa orang yang selama ini dirindu nyatanya juga merindukannya, rindunya terbalas. Sedetik, Jasmine tersadar, tidak seharusnya percakapan itu dimulai.

Related posts:

Tacitine EN 6200 Prime Hexa Series (UTM) system offers advanced security features for networks. It is designed to provide comprehensive protection against various types of cyber threats, such as…

They are currently 10–5 after starting the 2018 season 0–3. They went on an astounding 9 game win streak to bring their record to 9–3. They can take the AFC South title if they win against the…

Anyone who spent any of their childhood years in the Chicago area in the 1950s more than likely can recall at least some of the entertaining and educational children’s television shows. WGN-TV…