Blockchain Today Weekly Digest

Mike Novogratz urged investors to put 3% of their capital into Bitcoin. This is not the first time the CEO of Galaxy Digital is talking about the cryptocurrency and its importance. According to…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Anakku Tumbuh dan Bertumbuh Lagi

Anakku sudah besar.

Kini umurnya sudah sebanyak koleksi mainan mobil-mobilan yang dibeli dengan uang tabungannya, pertanyaannya sudah berlabuh dari menanyakan, “Kenapa itik besarnya menjadi ayam, Ma?” sampai ke pertanyaan “Ma, Adek boleh jadi pemain bola, nggak?”

Adek yang paling ganteng di rumah, yang paling ganteng di antara keempat kakak perempuannya.

Dari dulu Adek selalu ingin jadi yang paling juara ganteng se-rumah. Karena katanya, Papa gak cukup ganteng untuk masuk nominasi. Dulu waktu kira-kira Adek sekitar umur empat tahun, Adek pernah nangis karena teguh ingin ganteng melebihi Papa, katanya biar Mama naksir sama Adek aja.

“Adek, Mama kan udah sama Papa...”
“Gak boleh, Mama punya Adek.”
“Yah, kalo Adek sama Mama trus Papa nanti sama siapa?”
“Papa sama Oma aja.”

Anakku ini, ia selalu tumbuh dan bertumbuh lagi. Cita-citanya sudah besar dan lebih berani. Langkah kakinya pun sudah ikut sebesar mimpi-mimpi yang ia jinjing.

Anakku ini, yang aku tahu dulu makannya masih aku bantu, sekarang sudah bisa bantu Mamanya menyiapkan sarapan dengan seru. Sudah bisa dengan tiba-tiba mencium pipiku di pagi hari dan berkata, “Mama senyum terus dong, senyum Mama bagus.”

Anakku yang satu ini, mungkin ia tidak pernah unggul dan menjadi nomor satu, tetapi ia selalu ingin bisa dan mau mencoba hal baru.

Waktu teman-temannya bisa main sepatu roda, Adek gak iri, yang dia bilang padaku waktu itu hanya, “Ma, nanti adek jatuh kalau main itu, kalau gitu aku mainnya harus ditemenin sama Kakak, ya?” atau sewaktu Adek dapat nilai merah dipelajaran matematika, Adek minta maaf dan bilang kalau Adek sudah usaha semampunya, lalu menunjukkan nilai tingginya yang lain di bidang yang ia suka. Padahal kami tidak apa-apa, tidak pernah menyalahkannya untuk hal yang ia tidak bisa tetapi dengan baik hati selalu meminta maaf karena tidak mau Mama dan Papanya kecewa.

Dulu waktu Adek ditanya cinta itu apa, Adek selalu jawab; “Cinta itu yang pas Papa bela-belain jemput aku pulang les padahal hujan lagi meriah-meriahnya, Ma. Atau cinta yang Adek tau tuh, waktu Mama nangis liat Adek jatuh dari sepeda, trus Mama peluk Adek, deh.”

Anakku, yang ku beri nama Untara Juniar dengar arti nama keteguhan serta kebijaksanaan yang luar biasa, ia lahir dan tumbuh seperti arti namanya sendiri. Ia tumbuh menjadi sosok lelaki yang teguh dan baik hati. Mengedepankan kebahagiaan orang tua serta keempat kakak perempuannya, menjadi yang paling terang ketika rumah mungkin rasanya redup karena hari semakin lari.

Hadirnya memberi banyak kehangatan, menciptakan cahaya yang dulu ikut menyaksikan datangnya di bumi pada delapan belas tahun yang lalu, dengan suara tangisnya dan tangis bahagiaku sebagai saksi.

Anakku, anakku sudah besar, ia selalu tumbuh dan bertumbuh lagi. Apalagi cintanya.

Besar cintanya selalu ia tunjukkan padaku, Papanya dan juga keempat kakak perempuannya. Hangat peluknya selalu ia bagi tanpa pamrih dan akan selalu begitu setiap hari.

Waktu Adek masih sekolah dasar dan kakak-kakaknya sudah sibuk ujian nasional, Adek kesepian karena kakak-kakaknya selalu mengunci kamar dan tidak mengajaknya main lagi. Saat sedang sholat maghrib berjamaah, Adek kecil pernah bertanya padaku,

“Ma, memangnya kalau nanti Adek udah ganti celana sekolah jadi warna biru kayak Kak Ayu atau celana abu-abu kayak Kak Mia dan Mba Lili, nanti aku gak mau nonton tv lagi? Gak mau main ayunan di halaman belakang rumah lagi? Apa nanti aku sama Jea kayak gitu juga, Ma?”

Anakku, sewaktu kecilnya ingin selalu diperhatikan dan banyak ingin tahu sekarang satu persatu ia temui jawabannya dengan dunianya yang seru. Anakku, yang dulunya naik sepeda selalu jatuh sekarang sudah bisa bangkit dengan sendiri dengan gagah dan bahunya yang baru.

Anakku, ia tumbuh dan bertumbuh lagi, umurnya sudah bertambah satu lagi satu tahun sekali.

Adek, selamat bertambah umur!

Langkahmu sekarang sudah banyak, sebesar keinginanmu menjadi pemain bola dan photographer handal sedunia.

Pelan-pelan ya, Nak, kamu sekarang larinya udah cepet banget. Tapi aku tau kalau nanti kamu jatuh, kamu bisa bangun sendiri.

Terima kasih, Adek, sudah mau memilih tinggal di bumi, bersama-sama memilih membahagiakan orang lain dengan adanya eksistensi kamu di dunia ini.

Selamat mengulang hari di tahun yang berbeda dengan umur dan ceritamu yang makin luar biasa, Nak.

Tetap jadi Adek yang paling kecil dan menerangi hari, kita semua sayang Adek sebesar cintamu yang jumlahnya ada beribu-ribu untuk di waktu yang lebih lama lagi, dan lagi.

Add a comment

Related posts:

Meet Maria. Employer Branding Specialist.

My name is Maria and I’m a branding advocate who is passionate about understanding human behaviour. Through my experience in recruitment, I gained a well-rounded understanding of the market and its…